Siddharth Hedge dan Lisa Kaltenegger dari Max Planck Institute for Astronomy mengungkapkan, memertanyakan warna planet penting. Warna planet bisa membantu astronom untuk mendeteksi planet yang memiliki kehidupan.
Mereka meneliti gelombang cahaya yang dipancarkan oleh sejumlah makhluk hidup dan memperkirakan warna akibat adanya makhluk hidup itu jika dilihat dari jauh.
Mengharapkan adanya tumbuhan kompleks ataupun hewan di planet lain untuk saat ini berlebihan. Karenanya, Hedge dan Kaltenegger fokus pada makhluk hidup yang hidup di lingkungan ekstrem, seperti lumut kerak dan bakteri ekstremofil.
Salah satu hasilnya, seperti diberitakan New Scientist, Sabtu (9/2/2013), lumut kerak memancarkan cahaya yang lebih kuning dari alga. Jadi, jika ada planet berwarna kekuningan, kemungkinan planet itu memiliki makhluk hidup berupa lumut kerak.
Pastinya, perkiraan tak bakal selalu benar. Mars misalnya, punya warna merah, tapi ternyata tak punya tumbuhan hijau.
Meski demikian, cara ini membantu astronom memilih planet ekstrasolar yang ini jumlahnya ribuan untuk diteliti. Dengan meneliti planet berwarna kekuningan, astronom punya peluang lebih besar untuk menemukan kehidupan daripada meneliti planet hitam.
Nicolas Cowan, astronom dari Northwestern University di Illinois mengungkapkan, ide Hedge dan Kaltengger menarik. Namun, cara tersebut punya keterbatasan.
Planet ekstrasolar mungkin punya atmosfer berbeda sehingga menghamburkan cahaya dengan cara berbeda. "Alam mungkin lebih kreatif daripada sudut kecil kosmos yang kita percaya," katanya.
Sumber: KOMPAS.com
Berikan pendapat Anda lewat kolom komentar ini mengenai berita di atas, sesuaikan pemikiran Anda dan Jangan pernah menyinggung sara. Terima kasih