Rabu, 20 Maret 2013

Efek Pancaroba Picu Kemunculan Angin Ribut

17.26 Posted by Admin No comments
Efek Pancaroba Picu Kemunculan Angin RibutInfo Leony Li - Peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau atau pancaroba, ditandai dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Bila siang hari bisa sangat terik, namun di kala sore atau malam bisa turun hujan dengan sangat deras, inilah tanda-tanda telah memasuki musim pancaroba, khususnya di Jakarta.

"Pola-pola musim pancaroba, umumnya akhir Maret sampai April," kata Tri Handoko Seto, Kepala Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan (BPPT) melalui percakapan dengan telefon kepada Okezone, Rabu (20/3/2013). Ia mengungkapkan, kemungkinan hujan besar bisa terjadi pada minggu terakhir April, namun intensitasnya sudah kian menyusut, tidak seperti hujan deras yang mengguyur Jakarta beberapa waktu lalu.

"Peluang banjir kecil, masih ada hujan harian yang cukup deras, peluang jadi menurun, tetapi tetap tidak bisa dipastikan," ungkap Tri. Ia mengatakan, Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC untuk banjir sudah dihentikan. Sedangkan TMC (hujan buatan) untuk mengisi waduk guna mendukung cadangan air ketika memasuki kemarau direncanakan pada awal bulan depan di beberapa daerah seperti Pekanbaru, Jawa Timur serta Kalimantan Selatan.

Dampak pancaroba ternyata mampu menimbulkan angin ribut bisa saja melanda wilayah Indonesia. Menurut Thomas Djamaluddin dari Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), yang perlu diwaspadai ialah pada saat mulai menuju pancaroba. "Efek pemanasan lokal ini memicu terjadinya konveksi lokal (pembentukan awan) yang bisa memicu uap air atau udara yang basah mencapai pada ketinggian yang sangat dingin," tuturnya.

Sehingga, dengan demikian bisa memicu terjadinya hujan es disertai angin ribut atau puting beliung. "Efek pemanasan lokal dengan kondisi dinamika atmosfer musim pancaroba, bisa menciptakan hujan es disertai puting beliung. Kalau tekanan dari awan ketika turun hujan berinteraksi dengan angin, maka bisa menimbulkan angin pusaran atau angin puting beliung lokal," jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, wilayah yang pemanasan lokalnya efektif dengan kandungan uap air yang intens, maka ini bisa berpotensi membentuk awan cumulonimbus yang aktif secara lokal. "Ini bisa menimbulkan hujan keras dan angin berpusar. Dalam kondisi tertentu, mencapai ketinggian tertentu bisa memunculkan kristal es, baik butiran besar atau kecil," terangnya.

Kristal es ini memiliki ukuran bervariasi, mulai dari seukuran satu butir beras, hingga sebesar kacang atau kelereng. "Es ini merupakan kondensasi awan yang menciptakan kristal es," pungkasnya.

Dikutip dari: okezone
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Berikan pendapat Anda lewat kolom komentar ini mengenai berita di atas, sesuaikan pemikiran Anda dan Jangan pernah menyinggung sara. Terima kasih

Thanks For Your Comment Here